Ilustrasi
Atas keberhasilan ini, pada 1526 Maulana Hasanuddin diangkat oleh Sultan Demak sebagai bupati Kadipaten Banten.
Keberhasilannya memimpin daerah ini membawa kemajuan yang pesat di berbagai bidang sehingga Kadipaten Banten diubah menjadi negara bagian Demak pada 1552 dengan tetap mempertahankan Maulana Hasanuddin sebagai sultannya.
Sultan Maulana Hasanuddin memerintah Banten selama 18 tahun (1552-1570). Ia memindahkan pusat pemerintahan yang semula berkedudukan di Banten Girang (Banten Hulu) ke Banten Lor (Surosowan) yang terletak di pesisir utara.
Ia melengkapi pusat pemerintahan yang baru ini dengan berbagai sarana dan prasarana, seperti keraton, benteng, pasar, dan sarana peribadatan berupa masjid. Ketika pada 1568 Kesultanan Demak runtuh dan diganti Pajang, ia memproklamasikan Banten menjadi negara merdeka, lepas dari pengaruh Demak.
Berbagai kemajuan
Selama masa pemerintahannya, Banten mengalami kemajuan dalam berbagai sektor. Hal ini tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan Sultan Maulana Hasanuddin dalam melakukan pembangunan negara, antara lain, meliputi bidang keamanan, perdagangan, dan yang terpenting penyebaran Islam.
Hasanuddin memperluas daerah kekuasaan Banten sampai meliputi seluruh daerah Banten, Jayakarta, Karawang, Lampung, dan Bengkulu. Ia juga telah memberikan andil terbesarnya dalam meletakkan dasar Islam yang kuat di Banten.
Bahkan di masanya, Banten menjadi pusat penyiaran agama Islam untuk wilayah Jawa Barat dan Sumatra Selatan. Hal ini telah dibuktikan dengan kehadiran bangunan peribadatan berupa masjid dan sarana pendidikan Islam seperti pesantren.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya/Muhammad Fakhruddin
Atas keberhasilan ini, pada 1526 Maulana Hasanuddin diangkat oleh Sultan Demak sebagai bupati Kadipaten Banten.
Keberhasilannya memimpin daerah ini membawa kemajuan yang pesat di berbagai bidang sehingga Kadipaten Banten diubah menjadi negara bagian Demak pada 1552 dengan tetap mempertahankan Maulana Hasanuddin sebagai sultannya.
Sultan Maulana Hasanuddin memerintah Banten selama 18 tahun (1552-1570). Ia memindahkan pusat pemerintahan yang semula berkedudukan di Banten Girang (Banten Hulu) ke Banten Lor (Surosowan) yang terletak di pesisir utara.
Ia melengkapi pusat pemerintahan yang baru ini dengan berbagai sarana dan prasarana, seperti keraton, benteng, pasar, dan sarana peribadatan berupa masjid. Ketika pada 1568 Kesultanan Demak runtuh dan diganti Pajang, ia memproklamasikan Banten menjadi negara merdeka, lepas dari pengaruh Demak.
Berbagai kemajuan
Selama masa pemerintahannya, Banten mengalami kemajuan dalam berbagai sektor. Hal ini tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan Sultan Maulana Hasanuddin dalam melakukan pembangunan negara, antara lain, meliputi bidang keamanan, perdagangan, dan yang terpenting penyebaran Islam.
Hasanuddin memperluas daerah kekuasaan Banten sampai meliputi seluruh daerah Banten, Jayakarta, Karawang, Lampung, dan Bengkulu. Ia juga telah memberikan andil terbesarnya dalam meletakkan dasar Islam yang kuat di Banten.
Bahkan di masanya, Banten menjadi pusat penyiaran agama Islam untuk wilayah Jawa Barat dan Sumatra Selatan. Hal ini telah dibuktikan dengan kehadiran bangunan peribadatan berupa masjid dan sarana pendidikan Islam seperti pesantren.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya/Muhammad Fakhruddin