Dalam History of Java, Raffles telah menyebut tentang gununglumpur Bledug Kuwu. “Beberapa objek yang tidak dikenal, yang hanya dapat dilihat dengan penjelasan tertentu, adalah ledakan-ledakan lumpur, terletak di antara distrik Grobogan di barat, dan distrik Blora serta Jipang di timur. Penduduk lokal menyebutnya Bledeg, dan Dr.Horsfield menyebutnya sumur garam. Sumur garam ini menyebar ke seluruh distrik dengan aliran seluas beberapa mil, dan dasarnya seperti banyak ditemukan di beberapa tempat yang ada aliran air tawar, akan menjadi batu kapur…” .
Raffles juga membahas tentang rembesan-rembesan gas dan minyak (jauh lebih awal daripada pemetaan sistematik pertama rembesan minyak dan gas oleh Belanda pada tahun 1850), tentang mineral dan bahan tambang.
Saat Raffles memerintah di Jawa terjadilah letusan gunungapi dengan energi terbesar di dunia dalam masa sejarah manusia : Tambora 1815 di Sumbawa. Dan, Raffles sangat detail menggambarkan peristiwa letusannya sampai efek-efek kerusakannya.
Lalu Apa yang ditemukan Raffles saat akan mengakhiri tugasnya saat berkunjung ke Pagaruyung tahun 1818? Apakah komentar Raffles saat mengunjungi dataran tinggi minangkabau pada Juli 1818? Raffles berkata, “Seperti halnya Jawa, di sini sedang mengalami kemerosotan dari suatu peradaban kuno yang gemilang. Raffles adalah penulis History Of Java, dia juga yang menemukan Candi Borobudur di hutan belantara dan juga Trowulan (Kawasan kerajaan Majapahit). Raffles tahu “Desa emas” di desa Luhak Kubuang Tigo Baleh (Luhak Kubung Tiga Belas, sekarang termasuk kecamatan Salayo, Kabupaten Solok).
Teringat cerita utusan Pagaruyung berjumlah 13 orang ke arah selatan menuju Batu sangkar – Solok – Alahan Panjang – Muara Labuh menyusuri Pesisir Selatan.
Pagaruyung adalah daerah emas. Diperkirakan hingga tahun 1818 di kawasan tersebut ada 1200 lokasi tambang emas yag sudah diekspolitasi.
Apa yang sebenarnya dicari Raffles saat berkunjung ke Dataran tinggi Minangkabau?
Pagaruyung luar biasa. Industri manufaktur maju. Daerah ini terkenal dengan produksi kerisnya. Produksi besi tempa sudah ada sejak zaman dahulu kala. Industri tembikar berskala besar di sepanjang tepi danau tidak hanya memenuhi kebutuhan daerah padang, tapi juga dikirim hingga ke Bengkulu. Jarang terungkap, mesin-mesin pemintal banyak dijumpai Raffles di rumah-rumah penduduk di daerah yang dia singgahi. Pertanian dikawasan itu lebih maju dari yang diperkirakan. Disana sudah dikenal persawahan. Sistem ladang berpindah sudah ditinggalkan. Raffles sempat kaget ada kincir air yang ternyata sudah lazim digunakan di Minangkabau. Ini contoh kemajuan bercocok-tanam di Minangkabau yang bahkan belum dicapai oleh Jawa, padahal Jawa sudah lama bersentuhan dengan Cina.
“Seingat saya, saya tidak pernah melihat kincir air atau sejenisnya di Jawa .“, ujar Raffles.
Kincir air ini penemuan asli masyarakat setempat.
Ada teknologi budidaya tebu. Perkebunan tebu disana tergolong besar. Raffles melihat penggilingan tebu untuk diolah menjadi gula pasir.
Namun, bukan 1200 tambang emas, majunya industri manufaktur, teknologi mesin pemintal, kincir air dan olahan tebu yang dicari Raffles. Lalu apa?
Raffles menemukan Borobudur dan Trowulan, tapi dia tidak sempat menemukan bukti utuh kerajaan Sriwijaya, Istana Pagaruyung dan Jawa Barat.
Jadi, sebenarnya dimana Istana megah itu berada?
Raffles menuju tempat yang ia cari. Terlihat seluruh hutan disitu pernah terkubur oleh guncangan katastropik hebat pada mas lampau. Di Suruaso, tunggul dan batang pohon mengalami pemfosilan. Menariknya, tunggul dan batang pohon itu mencuat keluar dari dalam tanah. Melewati Suruaso, Raffles menjumpai beberapa kolam yang menurut cerita dilokasi tersebut dulunya banyak bangunan tua megah yang terkubur. Satu-satunya yang ditemukan Raffles adalah sebuah arca yang terdapat di dalam empat batu yang diduga kuat adalah gerbang masuk sebuah kota dimasa lalu.
Memasuki kota Pagaruyung, Raffles mengklaim temukan lokasi yang dahulunya merupakan tempat berdirinya istana, namun tak berbekas lagi. Ditemukannya istana terkubur saat rerumputan liar disingkirkan. Ini masih tanda tanya besar, apakah istana itu sudah ditemukan atau tidak? Raffles tak menemukan prasasti di tempat itu, tetapi ia menemukan sebuah arca peninggalan Islam yang pada saat itu digunakan untuk mengenang mereka yang sudah meninggal.
Di persinggahan berikutnya, Raffles menemukan dua prasasti, arca-arca Hindu mirip seperti yang ditemukan di Jawa. Di Simawang, Raffles menemukan prasasti dalam huruf Kawi. Tulisan di prasasti itu hampir pudar karena terus menerus dikikis air kucuran danau.
Singkat cerita, dan diyakini itu memang Istana Pagaruyung. Namun, kompleks seperti Trowulannya Majapahit tak berhasil ditemukan Raffles.
Dikutip dengan pengubahan seperlunya dari @WARNINGGEMPA
Raffles juga membahas tentang rembesan-rembesan gas dan minyak (jauh lebih awal daripada pemetaan sistematik pertama rembesan minyak dan gas oleh Belanda pada tahun 1850), tentang mineral dan bahan tambang.
Saat Raffles memerintah di Jawa terjadilah letusan gunungapi dengan energi terbesar di dunia dalam masa sejarah manusia : Tambora 1815 di Sumbawa. Dan, Raffles sangat detail menggambarkan peristiwa letusannya sampai efek-efek kerusakannya.
Lalu Apa yang ditemukan Raffles saat akan mengakhiri tugasnya saat berkunjung ke Pagaruyung tahun 1818? Apakah komentar Raffles saat mengunjungi dataran tinggi minangkabau pada Juli 1818? Raffles berkata, “Seperti halnya Jawa, di sini sedang mengalami kemerosotan dari suatu peradaban kuno yang gemilang. Raffles adalah penulis History Of Java, dia juga yang menemukan Candi Borobudur di hutan belantara dan juga Trowulan (Kawasan kerajaan Majapahit). Raffles tahu “Desa emas” di desa Luhak Kubuang Tigo Baleh (Luhak Kubung Tiga Belas, sekarang termasuk kecamatan Salayo, Kabupaten Solok).
Teringat cerita utusan Pagaruyung berjumlah 13 orang ke arah selatan menuju Batu sangkar – Solok – Alahan Panjang – Muara Labuh menyusuri Pesisir Selatan.
Pagaruyung adalah daerah emas. Diperkirakan hingga tahun 1818 di kawasan tersebut ada 1200 lokasi tambang emas yag sudah diekspolitasi.
Apa yang sebenarnya dicari Raffles saat berkunjung ke Dataran tinggi Minangkabau?
Pagaruyung luar biasa. Industri manufaktur maju. Daerah ini terkenal dengan produksi kerisnya. Produksi besi tempa sudah ada sejak zaman dahulu kala. Industri tembikar berskala besar di sepanjang tepi danau tidak hanya memenuhi kebutuhan daerah padang, tapi juga dikirim hingga ke Bengkulu. Jarang terungkap, mesin-mesin pemintal banyak dijumpai Raffles di rumah-rumah penduduk di daerah yang dia singgahi. Pertanian dikawasan itu lebih maju dari yang diperkirakan. Disana sudah dikenal persawahan. Sistem ladang berpindah sudah ditinggalkan. Raffles sempat kaget ada kincir air yang ternyata sudah lazim digunakan di Minangkabau. Ini contoh kemajuan bercocok-tanam di Minangkabau yang bahkan belum dicapai oleh Jawa, padahal Jawa sudah lama bersentuhan dengan Cina.
“Seingat saya, saya tidak pernah melihat kincir air atau sejenisnya di Jawa .“, ujar Raffles.
Kincir air ini penemuan asli masyarakat setempat.
Ada teknologi budidaya tebu. Perkebunan tebu disana tergolong besar. Raffles melihat penggilingan tebu untuk diolah menjadi gula pasir.
Namun, bukan 1200 tambang emas, majunya industri manufaktur, teknologi mesin pemintal, kincir air dan olahan tebu yang dicari Raffles. Lalu apa?
Raffles menemukan Borobudur dan Trowulan, tapi dia tidak sempat menemukan bukti utuh kerajaan Sriwijaya, Istana Pagaruyung dan Jawa Barat.
Jadi, sebenarnya dimana Istana megah itu berada?
Raffles menuju tempat yang ia cari. Terlihat seluruh hutan disitu pernah terkubur oleh guncangan katastropik hebat pada mas lampau. Di Suruaso, tunggul dan batang pohon mengalami pemfosilan. Menariknya, tunggul dan batang pohon itu mencuat keluar dari dalam tanah. Melewati Suruaso, Raffles menjumpai beberapa kolam yang menurut cerita dilokasi tersebut dulunya banyak bangunan tua megah yang terkubur. Satu-satunya yang ditemukan Raffles adalah sebuah arca yang terdapat di dalam empat batu yang diduga kuat adalah gerbang masuk sebuah kota dimasa lalu.
Memasuki kota Pagaruyung, Raffles mengklaim temukan lokasi yang dahulunya merupakan tempat berdirinya istana, namun tak berbekas lagi. Ditemukannya istana terkubur saat rerumputan liar disingkirkan. Ini masih tanda tanya besar, apakah istana itu sudah ditemukan atau tidak? Raffles tak menemukan prasasti di tempat itu, tetapi ia menemukan sebuah arca peninggalan Islam yang pada saat itu digunakan untuk mengenang mereka yang sudah meninggal.
Di persinggahan berikutnya, Raffles menemukan dua prasasti, arca-arca Hindu mirip seperti yang ditemukan di Jawa. Di Simawang, Raffles menemukan prasasti dalam huruf Kawi. Tulisan di prasasti itu hampir pudar karena terus menerus dikikis air kucuran danau.
Singkat cerita, dan diyakini itu memang Istana Pagaruyung. Namun, kompleks seperti Trowulannya Majapahit tak berhasil ditemukan Raffles.
Dikutip dengan pengubahan seperlunya dari @WARNINGGEMPA