Sebelum masyarakat bugis mengenal islam mereka sudah mempunyai “kepercayaan asli” (ancestor belief) dan menyebut Tuhan dengan sebutan ‘Dewata SeuwaE’, yang berarti Tuhan kita yang satu. Bahasa yang digunakan untuk menyebut nama ‘Tuhan’ itu menunjukkan bahwa orang Bugis memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa secara monoteistis. Menurut Mattulada, religi orang Bugis masa Pra-Islam seperti tergambar dalam Sure’ La Galigo, sejak awal telah memiliki suatu kepercayaan kepada suatu Dewa (Tuhan) yang tunggal, yang disebut dengan beberapa nama : PatotoE (Dia yang menentukan Nasib), Dewata SeuwaE (Dewa yang tunggal), To-Palanroe (sang pencipta) dan lain-lain.
Kepercayaan dengan konsep dewa tertinggi To-Palanroe atau PatotoE, diyakini pula mempunyai anggota keluarga dewata lain dengan beragam tugas. Untuk memuja dewa–dewa ini tidak bisa langsung, melainkan lewat dewa pembantunya. Konsep deisme ini disebut dalam attoriolong, yang secara harfiah berarti mengikuti tata cara leluhur. Lewat atturiolong juga diwariskan petunjuk–petunjuk normatif dalam kehidupan bermasyarakat. Raja atau penguasa seluruh negeri Bugis mengklaim dirinya mempunyai garis keturunan dengan Dewa–dewa ini melalui Tomanurung (orang yang dianggap turun dari langit/kayangan), yang menjadi penguasa pertama seluruh dinasti kerajaan yang ada. (Kambie, 2003).
Istilah Dewata SeuwaE itu dalam aksara lontara, dibaca dengan berbagai macam ucapan, misalnya : Dewata, Dewangta, dan Dewatangna yang mana mencerminkan sifat dan esensi Tuhan dalam pandangan teologi orang Bugis. De’watangna berarti “yang tidak punya wujud”, “De’watangna” atau “De’batang” berarti yang tidak bertubuh atau yang tidak mempunyai wujud. De’ artinya tidak, sedangkan watang (batang) berarti tubuh atau wujud. “Naiyya Dewata SeuwaE Tekkeinnang”, artinya “Adapun Tuhan Yang Maha Esa itu tidak beribu dan tidak berayah”. Sedang dalam Lontara Sangkuru’ Patau’ Mulajaji sering juga digunakan istilah “Puang SeuwaE To PalanroE”, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta. Istilah lain, “Puang MappancajiE”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Konsep “Dewata SeuwaE” merupakan nama Tuhan yang dikenal etnik Bugis–Makassar. (Abidin, 1979 : 12 dan 59).
Kepercayaan orang Bugis kepada “Dewata SeuwaE” dan “PatotoE” serta kepercayaan “Patuntung” orang Makassar sampai saat ini masih ada saja bekas-bekasnya dalam bentuk tradisi dan upacara adat. Kedua kepercayaan asli tersebut mempunyai konsep tentang alam semesta yang diyakini oleh masyarakat pendukungnya terdiri atas tiga dunia, yaitu dunia atas (boting langi), dunia tengah (lino atau ale kawa) yang didiami manusia, dan dunia bawah (peretiwi). Tiap-tiap dunia mempunyai penghuni masing-masing yang satu sama lain saling mempengaruhi dan pengaruh itu berakibat pula terhadap kelangsungan kehidupan manusia. Untuk mengetahui lebih jauh tentang kepercayaan Patuntung, lihat : Martin Rossler, “Striving for Modesty : Fundamentals of The Religion and Social Organization of The Makassarese Patuntung”, dalam BKI deel 146 2 en 3 en aflevering, 1990 : 289 – 324 dan WA Penard, “De Patoentoeng” dalam TBG deel LV, 1913 : 515 – 54.
Gervaise dalam “Description Historique du Royaume de Macacar” sebagaimana dikutip Pelras (1981 : 168) memberikan uraian tentang agama tua di Makassar. Menurut Gervaise orang-orang Makassar zaman dahulu menyembah Dewa Matahari dan Dewa Bulan yang disembah pada waktu terbit dan terbenamnya Matahari atau pada saat Bulan tampak pada malam hari. Mereka tidak mempunyai rumah suci atau kuil. Upacara sembahyang dan Kurban–kurban (Bugis : karoba) khususnya diadakan di tempat terbuka. Matahari dan Bulan diberi kedudukan yang penting pada hari-hari “kurban” (esso akkarobang) yang selalu ditetapkan pada waktu Bulan Purnama dan pada waktu Bulan mati, karena itu pada beberapa tempat yang sesuai disimpan lambang-lambang Matahari dan Bulan. Tempat ini dibuat dari tembikar, tembaga, bahkan juga dari emas (Pelras, 1981 : 169).
Selain menganggap Matahari dan Bulan itu sebagai Dewa, orang Bugis Makassar pra-Islam juga melakukan pemujaan terhadap kalompoang atau arajang. Kata “Arajang” bagi orang Bugis atau “Kalompoang” atau “Gaukang” bagi orang Makassar berarti kebesaran. Yang dimaksudkan ialah benda-benda yang dianggap sakti, keramat dan memiliki nilai magis. Benda-benda tersebut adalah milik raja yang berkuasa atau yang memerintah dalam negeri. Benda-benda tersebut berwujud tombak, keris, badik, perisai, payung, patung dari emas dan perak, kalung, piring, jala ikan, gulungan rambut, dan lain sebagainya. (Martinus Nijhoff, 1929, 365-366).
Kepercayaan lama yang sudah mengakar kuat bagi masyarakat Bugis memang berusaha dicarikan padanannya dalam ajaran Islam. Untuk merukunkan kedua kepercayaan itu, menurut Dr. Christian Pelras, penyiar agama Islam berusaha mengembangkan dalam kalangan istana suatu aliran mistik Bugis kuno dengan Tasawuf Islam. Hasil perpaduan dua kepercayaan itu, hingga kini masih bisa ditemukan dalam sejumlah naskah. Seperti yang telah dibicarakan oleh G Hamonic, dimana “Dewata SeuwaE’ PapunnaiE” (Dewata Tunggal yang Mempunyai kita) telah disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa ; “Dewa La Patigana” (Dewa Matahari) dan “Dewi Tepuling” (Dewa Bulan) disebut masing – masing sebagai “Malaikat Matahari” dan “Malaikat Bulan”. Adapun para Dewata dianggap termasuk bangsa Jin dan mitos tentang ’Sangngiang Serri’ sendiri tidak lagi dianggap sebagai “Dewi Padi” melainkan “jiwa padi”. (Kambie, 2003).
Penulis berkebangsaan Portugis, Tome Pires, yang mengunjungi Indonesia pada tahun 1512 – 1515, menyebutkan bahwa di Sulawesi Selatan terdapat sekitar 50 kerajaan yang masyarakatnya masih menyembah berhala. Salah satu bukti bahwa beberapa kerajaan di Sulawesi pada waktu itu tidak mendapat pengaruh Hindu tapi masih memiliki adat istiadat dan kepercayaan leluhur yang kuat, ialah dengan cara penguburan. (Nugroho Notosusanto, et.al, 1992). Praktek penguburan pada masyarakat Bugis Makassar pada waktu itu masih mengikuti tradisi pra-sejarah, yaitu jenazah dikubur mengarah timur–barat dan pada makamnya disertakan sejumlah bekal kubur seperti mangkuk, cepuk, tempayan, bahkan barang–barang impor buatan China, tiram, dan lain sebagainya. Juga dalam cara penguburan ini terdapat kebiasaan untuk memberi penutup mata (topeng) dari emas atau perak untuk jenazah bangsawan atau orang – orang terkemuka. (Pelras, 1972 : 208-210).
Macknight (1993 : 38) menyebutkan bahwa Penelitian arkeologi maupun berita Portugis melaporkan bahwa orang Bugis Makassar pada masa pra-Islam mempraktekkan penguburan kedua (sekunder), sebagaimana yang masih dipraktekkan orang Toraja sampai pada awal Abad XX dengan menggunakan gua-gua sebagai tempat penguburan. Raja dan bangsawan seluruh negeri Bugis, Makassar, bahkan termasuk Mandar dan Toraja di Sulawesi Selatan mengklaim diri mereka punya garis keturunan dengan Dewa–dewa melalui Tomanurung yang menjadi penguasa pertama seluruh dinasti yang ada. Mitos ini berkaitan dengan pandangan teologis (theology view) bahwa Dewata Seuwae’ melahirkan sejumlah Dewata (Rewata), yang merupakan asal usul Tomanurung, yang juga merupakan asal-usul seluruh penguasa dinasti di semenanjung Sulawesi Selatan. Mitos ini sangat kuat dipercayai dan tak tergoyahkan. (Kambie, 2003).
Dilihat dari perjalanan sejarahnya, masyarakat Bugis dikenal sebagai masyarakat yang sangat kuat berpegang pada kepercayaan lama yang bersumber dari Kitab La Galigo. Meskipun Islam sudah menjadi agama resmi Masyarakat Bugis namun Kepercayaan–kepercayaan lama itu masih mewarnai keberislaman mereka. Hal ini tercermin lewat berbagai ritual dan tradisi yang masih bertahan hingga kini. DGE Hall (Badri Yatim, 1996 : 211-212) mengungkapkan bahwa terlambatnya Islam diterima di Sulawesi Selatan, disebabkan kuatnya masyarakat Bugis Makassar berpegang pada adat dan kepercayaan lama. Menerima Islam, menurut mereka, akan berimplikasi pada perubahan budaya yang mendalam. Pada beberapa aspek tertentu, kepercayaan leluhur Bugis Makassar yang bersumber dari ajaran Sure’ Galigo dapat pula disebut agama karena menganjurkan penganutnya dan dalam kepercayaan tersebut terdapat berbagai aturan dan tata cara, yang dilakukan sebagai bentuk pengabdian dan penghambaan diri terhadap Sang Maha Pencipta
(PatotoE). (Kambie, 2003 : 68).
Kepercayaan Bugis Kuno
Share this
Related Articles :
Arsip Blog
-
▼
2006
(6743)
-
▼
Agustus
(1483)
- Sejarah Suku Indian AS Yang Di Sembunyikan
- Gen Alien Di Tubuh Manusia
- Perang Terbesar Bangsa Belanda
- Menemukan Kembali Jejak Istana Daruddunia
- Wali Songo Periode 1
- Prasasti Telapak Kaki Padang Guci Hulu Kaur Bengkulu
- Adam dan Hawa: Mankind Is One
- Mengapa di Indonesia Freemason Didiskriditkan dan ...
- Tangis di Pojok Pasar Madinah
- Muhammad al Fatih (Penakluk Konstantinopel/Istanbul)
- {Sekedar Review Sejarah} Kehidupan Beragama Nabi M...
- Kisah Tragis Sang Penggagas Republik
- Legenda: Anak Durhaka Dimana-mana
- Menguak Rahasia Mesir Kuno Membangun Piramida Agun...
- Si Cantik Aurora dari Badai Matahari
- Hujan Radiasi Badai Matahari Tak Seburuk Bayangan
- Budayawan Bogor Sarasehan di Situs Megalitik
- Dicanangkan Lagi, Perburuan Alien di Bulan
- Situs yang diduga peninggalan Raja Brawijaya ...
- Kapal Mongolia dari Abad ke-13 Ditemukan di Jepang
- 4 Fungsi Sejarah menurut Al-Qur’an
- Pembawa Salafi ke Indonesia Ahmad Surkati?
- Blunder Hadist Disinonimkan Sunnah
- Columbus Diduga Pembawa Sifilis ke Eropa
- Cut Nyak Dhien
- 'Kapal Induk' UFO Lintasi Meksiko Tanggal 25 Desem...
- Doktrin Destruktif Kabbalis Mendukung Peperangan
- Fenomena Terhebat Abad Ini
- Tabir Kota yang pernah Hilang dan Berhasil Ditemuk...
- Keajaiban Alam Versi Life.com
- Kota yang pernah hilang dan masih misterius Model 2
- Foto -FotoKota yang pernah hilang di dunia !
- Kota-Kota WIisata yang Hilang
- Kota yang pernah hilang
- Kota Kota Yang Hilang dan Masih Misterius
- Ephesus, Kota Kuno yang Pernah Hilang
- Kota Hilang paling terkenal
- Batu Gantung Kebesaran Alllah SWT
- Asal usul lukisan Nabi Muhammad saw
- Tanda kiamat menurut islam
- Arti dan Makna Islam
- Seperti Apakah Wajah NABI MUHAMMAD SAW ?
- Hari Kiamat
- Wajah Nabi Muhammad SAW
- Pin Wajah Nabi Muhammad Berasal dari Iran
- Pin Nabi Muhammad (Nauzubillah Min Dzalik)
- Wajah Nabi Muhammad SEPERTI GAMBAR DALAM PIN YANG...
- Peninggalan Nabi Muhammad Rasullah SAW
- Dibekukan untuk Hidup Selamanya di dalam ES!
- Tulang 4000 Tahun Ditemukan Tidak Sengaja di Kebun...
- 1968, Alien Pernah Coba Tembakkan Nuklir ke Bumi
- Dinosaurus dengan Tendangan Maut
- Shalat Lambang Kesatuan & Persaudaraan Muslim
- Menyibak G 30 S
- PIRAMID BERASAL DARI NUSANTARA?
- TANAH PARA DEWA: PUNT DI NUSANTARA
- MAJAPAHIT, TITIK JAWA DAN KELANTAN DARUL NAIM.
- KEHEBATAN TEKNOLOGI MELAYU
- SENJATA-SENJATA MELAYU YANG DIGELAPKAN DALAM SEJARAH
- Naskah Kuno (Tradisi Mandala) tentang berbagai Ilm...
- Misteri Dua Lukisan Mona Lisa
- Jasa Besar Soekarno, di Balik Kemajuan Ekonomi Sin...
- enampakan Hantu Perang Dunia II di Foto Ini?
- Jejak Sejarah Pulau Onrust Kepulauan Seribu
- Cerita Ngalor-Ngidul tentang Bangsa Belanda (1)
- Siapa Sebenarnya Ahmadinejad (1): Bernama Belakang...
- Emporium di Asia
- Dagang Budak
- Misteri Makam Kuno Raja Inggris Siap Diungkap
- NAMRU-2 dan Strategi Perang Pasifik
- Illuminati Mengungkapkan Agenda Sintingnya Mengena...
- Bagaimana "Pencerahan" 2012 Akan Menuju Kepada Gen...
- SA'AH, BUKAN QIYAMAH
- 7 Tahun Lalu, Bumi Hampir Kiamat
- Ditemukan, Gambaran Masa Depan Tata Surya
- Ditemukan, 'Segel Kesucian' Yahudi
- Planet Nebula Ini Gambarkan Matinya Matahari
- Ahli Berhasil Ciptakan Mutan di Lab
- Temuan Jari Yeti Ungkap Rahasia Makhluk Mistis Ini
- Misteri Suku Pejuang Perempuan Amazon
- HEBOH....Wanita Belanda Menemukan Lembar Papirus B...
- Peta, Gambar Dan Denah ...Istana NABI Sulaiman Yan...
- Harta Karun Raja John yang hilang
- Spaceport America, Pangkalan Antariksa Komersial P...
- Bukti Neanderthal Dapat Memasak Ditemukan
- Situs Warisan Dunia UNESCO Terbaru
- Asteroid Eltanin Diperkirakan Telah Memicu Jaman Es
- Patung Buddha Ini Dibuat dari Meteorit 10.000 Tahun
- Kepercayaan Bugis Kuno
- Catatan Geografis dan Geologis Raffles
- Ulama dan Ilmuwan dari Persia (2-habis)
- Bukti Air di Mars Ditemukan
- Ulama dan Ilmuwan dari Persia (1)
- Kejadian Menjelang G30S dan Para Pelakunya
- Produk Instan Yahudi untuk Menghancurkan Dunia
- Patung Buddha Kuno Ini "dari Luar Angkasa
- Kesaksian Sejumlah Kolonel AU Tentang UFO
- Mengendus Jejak Ya'juj wa Ma'juj
- “Suksesi” Umar Bin Khattab Sebagai Khalifah
- Ya’juj dan Ma’juj Sudahkah Mereka Keluar?
-
▼
Agustus
(1483)