MASJID MEGU GEDE, CIREBON.
Megu Gede adalah nama sebuah desa lama. Selain desa Megu Gede terdapat pula Desa Megu Cilik. Letaknya sebelah selatan Plered. Di tempat ini terdapat sebuah masjid tua. Untuk memasuki lokasi masjid ini, kita akan disambut dengan sebuah gapura masjid di Pinggir jalan. Gapura Masjid Kramat Megu Gede.
Masjid ini pada sepekan menjelang dan sesudah hari raya Idul Fitri dan Idul Qurban selalu ramai dipadati peziarah. Mereka biasanya datang untuk mengambil air yang ada di dalam areal masjid tersebut. Pendiri masjid ini, menurut penuturan masyarakat setempat, adala Ki Buyut Atas angin.
Konon, Ki Buyut Atas angin adalah orang yang sakti mandraguna. Ia adalah panglima perang Kerajaan Pajajaran. Ia diutus oleh Pajajaran untuk “menjemput” pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon kembali ke Pajajaran karena telah memeluk agama Islam dan mendirikan kerajaan sendiri di Cirebon. Pangeran Cakrabuana yang sudah mengetahui kedatangan Ki Buyut Atas angin berdasarkan informasi dari prajuritnya. Sehingga ia bisa mengatur siasat untuk mengadapi panglima Pajajaran tersebut. Diantara benda kesaktian Ki Buyut Atas angin adalah sumur kramat dan comberan (sungai kecil). Dua tempat tersebut yang bisa menjadikan ia bisa bertahan dan kebal dari berbagai macam senjata.
Maka terjadilah pertarungan antara Pangeran Cakrabuana dan Ki Buyut Atas Angin. Ketika panglima Pajajaran mulai terdesak, ia berlari menuju sumur Kramat. Pangeran Cakrabuana sudah mengetahui gelagat tersebut, maka sumur tersebut ditutupnya. Ki Buyut Atas angin makin terdesak, maka ia pun hendak bersembunyi di parit kecil. Dan parit kecil itupun ditimbun oleh pangeran Cakrabuana. Saat itulah Ki Buyut Atas angin tidak bisa berbuat apa-apa dan minta ampun serta minta hidup kepada Pangeran Cakrabuana.
Pangeran Cakrabuana mau mengampuni tetapi dengan syarat yaitu Ki Buyut atas angin harus masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia tidak berani kembali ke Pajajaran dan diminta menetap di Cirebon. Beliau diminta mengurus daerah bernama Megu. Di tempat sumur kramat itulah kemudian di bangun Masjid. Hingga kini sumur itu masih ada. Sedangkan selokannya sudah tiada.
Secara arsitiektur, bangunan masjid ini dari luar dikelilingi tembok dengan tinggi sekitar 2 meter. Pintu gerbangnya sangat rendah. Orang masuk ke area masjid tersebut terpaksa harus membungkukkan badan.
Pada halaman masjid terdapat semacam pendopo kecil yang biasa digunakan oleh masyarakt untuk diskusi dan bertukar pikiran. Pada bagian pojok kanan terdapat sumur. Pada awalnya sumur ini ada di luar atap masjid, setelah mengalami perluasan, kini sumur tersebut berada pada bagian dalam masjid, tepatnya berada di teras masjid.
Hakiem Syukrie