Punden berundak adalah salah satu hasil budaya Indonesia pada zaman megalitik (megalitikum) atau zaman batu besar. Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun bertingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Sebagai budaya asli buatan nenek moyang Indonesia, punden berundak tetap dipertahankan keberadaanya oleh nenek moyang kita. Meskipun saat agama Hindu-Budha datang membawa paham ke-Tuhanan yang berbeda, punden berundak masih tetap digunakan dalam pembangunan tempat ibadah berupa candi seperti Candi Borobudur. Hal inilah yang membuat candi-candi di Indonesia memilki ciri khas yang unik.
Punden berundak bukan hanya bertahan dengan akulturasi bersama candi tapi juga berakulturisasi dengan bangunan tempat ibadah umat islam yaitu masjid. Bagian punden berundak pada Masjid sering tidak kita sadari karena hanya dianggap sebagai tangga bertingkat. Namun, jika diperhatikan tangga bertingkat yang mengelilingi masjid tersebut berbentuk punden berundak. Dapat dikatakan masjid dibangun diatas punden berundak atau punden berundak sebagai alas dari Masjid.
Bangunan punden berundak selain berakulturasi dengan tempat ibadah seperti Candi dan Masjid juga digunakan pada bangunan modern seperti pada Monumen Nasional (monas) dan Tugu Pergerakan Kemerdekaan. Pada Monas bagian punden berundak (berupa tangga mengelilingi Monas) terletak dibawah cawan. Sedangkan pada Tugu Pergerakan Kemerdekaan, punden berundak terletak pada bagian bawah lingga.
Masih banyak lagi bangunan-bangunan yang menggunakan punden berundak selain dari yang saya sebutkan.Ini menandakan bahwa arsitektur karya nenek moyang Indonesia pada zaman megalitikum masih dapat eksis hingga sekarang tanpa menghilangkan bentuk aslinya.
Claudy Yusuf