Jenghiskan Khan Penakluk yang buta huruf

Lahir dan besar di dataran Mongol yang kurang bersahabat, lelaki ini tumbuh menjadi pemuda tangguh dan tak pantang menyerah. Salah satu ciri kehidupan bangsa Mongol adalah hidup secara berpindah-pindah. Hanya dengan cara ini mereka dapat bertahan dikarenakan kondisi tempat-tempat yang mereka tinggali tak semakmur wilayah lain. Maka terkenallah mereka sebagai bangsa pengelana yang terbiasa bertarung dengan lingkungan baru dan menjelajah mengarungi dunia.
Selain tangguh, bangsa Mongol terkenal dengan kelihaiannya dalam berperang dan menunggang kuda.Temujin, yang nantinya menjadi penakluk dunia dari timur mengungkapkan penyebab ketangguhan bangsa Mongol adalah derita kemiskinan yang mereka alami. Kemiskinan memaksa mereka untuk berjuang lebih keras dari bangsa-bangsa lain yang tengah hidup dalam kemapaman dan jauh dari berbagai ancaman. Kemenangan dalam peperangan adalah bonus dari kritisnya kehidupan yang mereka jalani selama ini. Orang-orang barat menyebut mereka bangsa bar-bar atau suku yang tak berperadaban disebabkan pada setiap peperangan yang terjadi para petarung Mongol ini akan melawan musuhnya secara membabi buta dan menghancurkan peradaban dan hanya mengambil barang rampasan yang sekiranya menguntungkan mereka. Hal ini dapat dimaklumi ketika kita dapat mengingat kembali kehidupan asli bangsa Mongol adalah primitif dan tak mengenal baca-tulis. Pusat pendidikan, perpustakaan yang berisi karya-karya penting dibumihanguskan begitu saja lantaran mereka merasa tidak membutuhkannya. Mereka belum mengetahui betapa dahsyatnya kekuatan ilmu pengetahuan berasal dari buku-buku yang telah mereka hancurkan tersebut. Tercatat daerah-daerah yang berhasil bersatu di bawah imperium bangsa Mongol adalah seluruh benua Eurasia, sebagian besar Asia Tenggara serta Eropa Tengah.
http://fieldmuseum.org/sites/default/files/styles/article-original-aspect/public/Genghis_Khan_ThronePortrait.jpg
www.fieldmuseum.org
Siapa sangka, berasal dari suku primitif kemudian lahirlah seorang penakluk besar berjuluk Jengis Khan. Sebutan yang berarti Kaisar Semesta ini merupakan hasil musyawarah besar dari suku-suku Mongol yang telah berhasil disatukannya. Hal ini adalah pertama kalinya prestasi yang terjadi di daerah Mongol, lantaran sebelumnya para suku saling berperang untuk berebut kekuasaan atau daerah tinggal. Tepatnya sekitar abad 12 Temujin yang kemudian bergelar Jengis Khan berhasil mempersatukan suku-suku mongol di bawah kekuasaannya.
Tidak heran bila lahirnya tokoh besar dibarengi oleh kecerdasan intelektual yang dimilikinya, selain keahlian strategi perang. Seorang Napoleon dari Perancis, Harun Ar-Rasyid dari Bagdad, atau Alexander The Great dari Makedonia adalah tokoh-tokoh besar sekaligus cendikiawan yang memiliki latar belakang terdidik. Sedangkan satu yang menarik dari lahirnya tokoh besar sekaliber Jengis Khan adalah dia berasal dari suku pedalaman dan buta aksara. Tak heran bila para tokoh yang telah disebutkan sebelumnya mampu menaklukan dunia berkat ilmu-ilmu yang mereka pelajari dari guru-guru yang hebat serta buku-buku. Tapi tokoh yang satu ini lain daripada yang lain. Hanya berbekal cerita kepahlawanan, berlatih dengan keras serta berhasil memahami kerasnya kehidupan Jengis Khan pantas didudukkan sejajar dengan tokoh besar lainnya, meskipun tak bisa membaca dan menulis.
Walau primitif, bukan berarti Jengis Khan tidak peduli dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, ketika pasukannya berhasil meraih kemenangan dia tidak akan membunuh para ilmuan, seniman, atau sastrawan. Melalui mereka, Jengis Khan belajar tentang ilmu-ilmun yang selama ini asing di telinganya. Meskipun tak dapat membaca, Jengis Khan sangat tertarik apabila para tawanan tersebut bercerita dan mengajarinya.
Sekejam apapun manusia, pasti dia memiliki hati nurani. Begitu pula dengan Jengis Khan. Tidak benar bahwa julukan bar-bar digeneralisasikan kepada bangsa Mongol. Mereka tidak akan menyerang secara kejam apabila tidak ada pemicunya, semisal penyerangan ke daerah Bagdad secara mengerikan dikarenakan sebelumnya utusan Jengis Khan yang dikirim ke Bagdad telah dibunuh. Juga, sesuatu yang istimewa dari Jengis Khan adalah seumur hidup dia hanya memiliki satu istri yang setia menemaninya.
Labelling ‘bangsa bar-bar’ barangkali adalah sebutan sepihak bangsa barat atas pembalasan sakit hati mereka setelah mengalami kekalahan perang. Mereka – para keturunan suku Semit merasa dijatuhkan harga dirinya oleh bangsa rendahan yang tak kenal baca-tulis. Keegoisan ternyata telah menjadi ciri khas bangsa barat sejak dulu. Pemotongan sejarah yang terjadi secara disengaja untuk kian mengerdilkan mental bangsa-bangsa timur. Masa keemasan dunia Islam serta karya-karya yang telah mereka ciptakan tak luput pula dari penjajahan sejarah yang dilakukan bangsa barat. Dengan cara menutup-nutupi fakta sejarah yang ada. Lihat saja, materi-materi kurikulum Sejarah Dunia yang diajarkan di sekolah-sekolah didominasi oleh cerita-cerita sejarah bangsa barat seolah merekalah satu-satunya pencatat sejarah yang pantas dicontoh.
Iernawati