Jakarta (ANTARA News) - Dewan Perwakilan Rakyat akan mengawasi penggunaan alat intelijen yang dimiliki Kementerian Pertahanan khususnya alat sadap yang digunakan Badan Intelijen Strategis (BAIS) agar tidak disalahgunakan.
"Tentu kita tidak ingin TNI dan organisasi di dalamnya digunakan untuk kepentingan politik. Namun kami tetap berpegang pada pernyataan Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang akan menjaga institusinya netral di Pemilu 2014," kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan kekhawatiran beberapa pihak terhadap penyalahgunaan alat intelijen tersebut penting diperhatikan. Karena menurut dia, masyarakat Indonesia tidak ingin TNI masuk kembali dalam kepentingan politik.
"Sebab kalau TNI masuk dalam kepentingan politik, maka sangat mungkin instrumen atau unit intelijen TNI bisa terseret di dalamnya," ujar Mahfudz.
Dia menegaskan bahwa DPR akan menggunakan fungsi kontrolnya dan mengingatkan TNI agar tetap bersikap netral dalam Pemilu 2014. Menurut dia, peran TNI yang netral tersebut sangat dibutuhkan untuk kesuksesan pemilu mendatang.
Mahfudz menjelaskan modernisasi peralatan untuk BAIS sudah lama dirancang dan direncanakan, salah satunya peralatan intelijen termasuk alat sadap. Namun menurut dia, pengadaan alat sadap tersebut baru bisa direalisasikan pada akhir tahun ini, dan beberapa peralatan intelijen yang lain sudah terwujud dalam beberapa tahun lalu.
"Ini bagian dari perencanaan dan semestinya terealisasikan beberapa tahun lalu. Namun, karena kendala dari sisi pembiayaan sehingga baru terealisasikan tahun ini," katanya.
Sebelumnya Kementerian Pertahanan menegaskan pengadaan alat intelijen yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk mengamankan informasi strategis Tentara Nasional Indonesia, bukan untuk menyadap rakyat Indonesia.
"Pengadaan peralatan intelijen tersebut bertujuan agar proses pertukaran informasi antara Badan Intelijen Strategis TNI dengan kantor-kantor Atase Pertahanan RI di luar negeri dapat berjalan aman dan kedap dari gangguan," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sisriadi di Jakarta, Rabu (26/9).
Dia menjelaskan peralatan tersebut sangat diperlukan untuk menjamin pengiriman data atau informasi strategis tidak terganggu atau tersadap pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Selain itu, Sisriadi juga menegaskan peralatan intelijen itu tidak akan digunakan untuk kepentingan politik praktis sesuai penjelasan Panglima TNI bahwa jajarannya menunjung tinggi komitmen netralitas dan tidak masuk dalam urusan politik praktis menjelang Pemilu 2014.
(I028/S024)
http://www.antaranews.com/berita/397600/dpr-awasi-penggunaan-alat-intelijen-kemhan