Ketika kami duduk bersama dengan Abdullah bin Amru bin Al-Ash, beliau ditanya tentang kota manakah yang akan (futuh) dikuasai, Konstantinopel atau Roma? Abdullah bin Amru bin Al-Ash meminta diambilkan kotak miliknya yang ada lubangnya dan mengeluarkan kitab dari dalamnya dan berkata, “Abdullah berkata bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau SAW ditanya tentang kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Rasulullah SAW menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel). (HR Ahmad)
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks (Byzantium) di Konstantinopel. Dalam sejarahnya, penyerangan ke Konstantinopel selalu gagal, karena dilindungi oleh tembok alam berupa perbukitan dan laut, serta senjata pertahanan yang sangat kuat.
Seiring dengan kemenangan angkatan laut Turki Usmani yang berhasil menembus Tanduk Mas, teriakan “Allahu Akbar” membahana diudara, dilantangkan oleh ratusan ribu mujahid yang siap menembus benteng Konstantinopel. Jam satu malam, 20 Jumadil Awal 857H, 29 Mei 1453, malam gelap tanpa bulan, gelombang pertama pasukan Turki Usmani dari Anatolian Army menembus sisa pertahanan Konstantinopel, yang disusul oleh dua gelombang pasukan elit Turki Usmani, Yanissari. Raja Byzantium, Constantine XI Palaeogus terbunuh, Konstantinopel telah ditaklukkan. Hancur sudah mitos bahwa Konstantinopel tak terjamah karena dilindungi oleh kekuatan suci. Bendera “La ilaha illallah” berkibar di puncak tertinggi Konstantinopel. Nama Konstantinopel berganti menjadi Istanbul.
Rasulullah SAW bersabda, “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat Amir (panglima perang) adalah Amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya. (HR Ahmad dalam musnadnya).
Setiap muslim berusaha menjadi yang digambarkan oleh Rasulullah dalam hadits tersebut, dan Muhammad Al Fatih beserta pasukannya telah berhasil mewujudkannya. Muhammad Al Fatih, yang turut mengangkat batu dan pasir membangun benteng dan mengangkat senjata dengan tangannya sendiri.
cak Durasim