Misteri Sriwijaya di Bukit Siguntang

13150514411277830397

Pintu masuk obyek wisata arkeologi Bukit Siguntang (sjisumsel.wordpress.com)



Palembang punya banyak tempat bersejarah yang menyimpan sejuta misteri. Bisa jadi tempat bersejarah tadi kita lewati berkali-kali setiap hari. Tapi kita nggak tahu kalau tempat itu punya nilai sejarah. Salah satunya Bukit Siguntang yang terletak di daerah Bukit Lama ini.


Saat saya mengunjungi obyek wisata arkeologi ini, suasananya tampak seperti biasa, diramaikan sama anak-anak muda yang lagi asyik berduaan di bawah pohon atau gazebo. Hmm, sekarang tempat ini emang identik sebagai tempat anak ABG ‘mojok’. Apalagi suasananya mendukung, sepi dari lalu lalang orang lewat.


Naik sedikit ke puncak bukit, bau kemenyam begitu menyengat dan kita bakal melihat sejumlah makam di dalam pondokan kecil. Dua orang nampak lagi khusyuk berziarah di pingir makam Panglima Tuan Djunjungan, satu dari delapan buah makam di puncak Bukit Siguntang ini.



Padahal, dulu bukit ini punya sejarah penting, terutama pada masa Kerajaan Sriwijaya. “Dulu Bukit Siguntang jadi tempat peribadatan agama Budha saat zaman Kerajaan Sriwijaya,” jelas Drs. Nurhadi Rangkuti, MSI, Kepala Balai Arkeologi Palembang.



1315062284930022272

Sebuah gapura didirikan di bagian puncak bukit. (dok. Sumatera Ekspres)





Pada zaman penjajahan Belanda dulu, lanjut Nurhadi, di bukit setinggi 27 meter ini udah ditemukan beberapa artefak seperti arca Budha dan prasasti. Selain itu dalam penggalian pada tahun 1950-an juga ditemukan struktur bangunan kuno berupa stupa yang merupakan bangunan umat Budha. Pada tahun 1980-an juga ditemukan sisa bata kuno di sekitar bukit. Lalu apa mungkin masih ada situs, arca, atau artefak yang belum ditemukan di Bukit Siguntang? “Sulit untuk melacaknya, karena di atas bukit sudah dibangun banyak bangunan baru, seperti menara pandang dan sebagainya,” kata Nurhadi.


Dahulu, bukit ini dikelilingi rawa-rawa di sekitarnya. Biasanya rawa-rawa dijadikan tempat pemukiman dengan rumah panggung, sedangkan tanah kering seperti Bukit Siguntang dijadikan kuburan dan tempat peribadatan.


Selain jadi tempat sakral bagi agama Budha, menurut legenda, bukit ini juga jadi tempat turunnya raja-raja Melayu. Nggak heran memang, karena dulu kekuasaan Sriwijaya nggak cuma di Nusantara tapi sampai ke Semenanjung Malaya “Banyak sekali keturunan Melayu di sana. Mereka menganggap raja-raja mereka keturunan Palembang,” ujar sarjana Arkeologi Universitas Indonesia ini.



Makam Keramat Para Tokoh (Fiktif) Sriwijaya


Lalu, gimana dengan makam-makam di atas puncak bukit? “Makam-makam itu belum bisa dibuktikan kebenarannya. Legendanya memang ada, tapi data sejarah seperti piagam atau naskah mengenai makam tadi belum bisa ditemukan,” tukas Nurhadi. Jadi, memang belum bisa dipastikan apakah nama-nama Raja Gentar Alam, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang, Panglima Tuan Junjungan, Panglima Raja Baru Api, dan Panglima Jago Lawang, dahulu emang pernah ada dan dimakamkan di situ. Menurut Nurhadi, legenda itu barangkali saja ada dan dituturkan dari mulut ke mulut secara turun-temurun.


13150522501343027740

Makam Panglima Bagus Kuning yang sering dikunjungi peziarah. Belum dapat dipastikan secara ilmiah apakah Panglima Bagus Kuning dan tokoh-tokoh lainnya benar-benar ada atau cuma fiktif. (dok. Sumatera Ekspres)




“Sudah sejak lama pula Bukit Siguntang jadi tempat keramat dan hingga kini tetap dikeramatkan orang,” ungkap magister bidang Geografi yang dulu pernah bertugas di Balai Arkeologi Jogjakarta ini. Ya, biar begitu tetap aja ramai dikunjungi para peziarah, dari yang sekadar mendoakan hingga ‘minta’ aneh-aneh. Nggak terkecuali muda-mudi yang tetap enjoy berduaan meski tempat ini dikenal angker dan dikeramatkan oleh warga Palembang. Hati-hati aja, ya. ‘Ketenggoran’ (kesambet) baru tahu rasa, lho! Hihi.


‘Hanya’ Untuk Ziarah dan Rekreasi


Saat ini, kata Nurhadi, obyek sejarah ini lebih dimanfaatkan untuk wisata ziarah dan rekreasi dan belum maksimal ke wisata sejarah. Ia berharap obyek Bukit Siguntang ini bisa lebih dikembangkan untuk kepentingan arkeologi. “Perlu dipublikasikan ke masyarakat bahwa ini tempat keramatnya Sriwijaya. Yang penting harus dipertahankan keberadaan lokasinya,” pungkas Nurhadi.
Rizqi Nurmizan