Serat Centini [6]

Pemberontakan Adipati Demak

Prabu Brawijaya V, mempunyai seorang putra laki-laki dari pernikahannya Putri Campa, karena percaya pada nasehat ahli nujum istana, maka Putri Campa yang sedang hamil itu diberikan kepada Adipati Palembang sebagai tedhak sungging.
Setelah sampai pada satnya Putri Campa melahirkan seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Radèn Patah. Pemberian nama inipun juga sudah mendapatkan ijin dari Prabu Brawijaya.
Setelah Radèn Patah beranjak dewasa, dengan diantarkan oleh Arya Damar yang Adipati Palembang itu untuk menghadap ayahandanya di Kerajaan Majapahit. Juga saudara tirinya satu ibu beda ayah, yakni anak laki-laki yang lahir dari perkawinan Putri Campa dengan Arya Damar, yang diberi nama Kusen.
Karena sudah dewasa dan telah cukup umur untuk diserahi tugas dan tangggung jawab, maka Prabu Brawijaya mengangkat Raden Patah menjadi Adipati di Kadipaten Demak Bintara, dengan gelas Adipati Jimbuningrat. Sedangkan Raden Kusen diwisuda menjadi Adipati di Terung dengan gelar Adipati Pecatandha.
***
Di Sitihinggil kerajaan Majapahit, Sang Prabu Brawijaya menerima laporan dari Adipati Kertasana, bahwa sungainya kekeringan, sedangkan aliran sungai yang dari Kediri yang biasanya masuk ke Sungai Kertasana, arahnya berubah kearah timur, karena kutkan Sunan Bonang.
Sang Prabu memerintahkan pada nayaka praja untuk mengadakan peninjauan di lapangan, tentang kebenaran informasi tersebut. Utusan dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama menuju ke Kertasana melihat kejadian di TKP, sedangkan kelompok kedua menjemput Sunan Bonang di Tuban.
***
Kelompok pertama melaporkan hasilnya, bahwa rakyat Kertasana kekurangan air, aliran sungainya kering, rakyat kebingungan mendapatkan air. Adapun yang diutus ke Tuban , melaporkan gagal menemui Sunan Bonang, karena di rumahnya kosong.
Pada saat itu Sunan Bonang dan Sunan Giri sedang berada di Kadipaten Dêmak, atas undangan Adipati DEmak Jimbuningrat, yang keperluannya untuk merencanakan penyerbuan ke Majapahit.
Raden Patah berdebat dengan ke dua Sunan tentang sebab dan akibat rencana penyerbuannya ke kerajaan Majapahit. Dan akhirnya Adipati Jimbuningrat mengirim surat kepada adiktirinya yakni Adipati Pecattandha dan beberapa Adipati lainnya, agar membantu logistic maupun pasukan, dalam rangka melakukan penyerangan ke Majapahit.
***
Pada hari itu Juma’at pagi, para Sunan dan para Bupati sudah berkumpul di Demak Bintara, kemudian Sunan Bonang setelah memberikan khutbah, kemudian mengawali peletakan batu pertama pembangunan Masjid keraton Demak. Karena seluruh kepeprluan telah tersedia maka dalam beberapa hari Masjid itupun sudah berdiri.
Kemudian setelah acara sukuran selesainya pembangunan MAsjid,Sunan Bonang memberikan pidato singkatnya, bahwa Adipati Jimbuningrat berencana akan menyerbu Majapahit, jika mendapatkan dukungan dari semua Adipati yang hadir pada saat itu. para Adipati yang hadir setuju untuk mendukung penyerbuan ke Majapahit, juga para Wali. Namun ad seorang Wali yang tidak setuju, yaitu Syèkh Siti Jenar, melihat sikapnya Sunan Bonang menjadi berang.
Syèkh Siti Jenar kemudian dihukum mati, sedangkan yang melaksanakan eksekusinya adalah Sunan Giri. Syèkh Siti Jenar dipancung dan meninggal seketika.
Setelah mengeksekusi Syekh Siti Jenar, Sunan Bonang melantik Adipati Demak Jimbuningrat menjadi Senapati ing Ngalaga, sedangkan Panglima pengapitnya adalah Patih Amangkurat.
***
Pagi itu bertepatan dengan peringatan Garebeg Maulud, di ibukota Majapahit rame pertunjukkan, karnaval dalam rangka menyambut upacara garebeg Maulud. Dari arah barat nampak barisan karnawval yang mengenakan pakaian putih-putih mengumandangkan shalawat yang diiringi suara rebana, yang ditabuh bertalu-talu.
Para penduduk di kotaraja, berduyun-duyun mendatangi acarfa itu dan berdiri di tepi jalan sepanjang jalan menuju ke istana. Seluruh kotaraja Majapahit telah dipenuhi orang-orang yang berpakaian putih meramaikan upacara garebeg.
Setelah pasukan upacara garebeg memasuki alun-alun, dan yang lainnya berbaris ditepi-tepi jalan, ada pula yang menonton upacara di dekat balai Pagelaran. Upacara garebeg berjalan dengan baik, namun ketika p[asukan dibubarkan, semua peserta upacara yang berpakaian putih merangseg maju dan menyerang pasukan upacara dari Kerajajan MAjapahit yang sama sekali tidak menduga ada serangan mendadak. Pasukan yang merasa diserang mendadak itu melakukan perlawanan, dan terjadilah pertumpahan darah.
Pasukan initi dari Demak merangsek masuk balai Pagelaran dan Sitihinggil untuk menangkap para pangeran dan putra sentana, yang melalwan dibunuh, yang menyerah diampuni. Regol Sri Manganti di tutup rapat, juga regol Brajanala.
Sementara itu pasukan Majapahit berjaga-jaga di kamandungan, Patih maudara masuk kedalam istgana dan memberitahu tentang penyerbuan mendadak dari Kadipaten Demak. Sang Prabu tidak habis mengerti tentang sikap dari putranya sendiri , Raden Patah. Namun tiada pilihan lain, dalam kondisi yang sudah tua itu, tidak ingin melakukan perlawanan fisik. Sang Prabu melarikan diri lewat pintu butulan dan menuju ke arah Surabaya. Pangeran Gugur dengan mebawa beberapa kitab penting, melalrikan diri ke Pulau Bali, pangeran Lembu Amisani juga melarikan diri ke arah barat.
Kerajaan Majapahit telah dapat dikuasai oleh para Wali dan para Adipati brang wetan, kemudian semua berkumpul dib alai Pagelaran. Sunan Giri kemudian memberikan khutbahnya. Bahwa untuk sementara guna menetralkan pengaruh konflik internal di kerajajan Majapahit, maka untuk sementar Sunan Giri akan memimpin pemerintahan selama 40 hari.
Pada hari yang 41 sejak Sunan Giri memimpin kerajaan Majapahit, kemudian di Sitinggil itu, Sunan Giri menobatkan Raden Patah Menjadi Raja Demak Bintara untuk menggantikan Kerajaan Majapahit. Dan mengubah status kerajajan Majaphit menjadi Kadipaten Majalengka.
Raden Patah dinobatkan mejadi Sultan pertama di Demak Bintara dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Sayyin Paneteg Panatagama Kalifatullah Tanah Jawa

Tedhak sungging, adalah pemberian selir Raja yang sedang hamil, kepada seseorang bawahannya, tetapi selama bayi dalam kandungannya itu belum lahir. Putri tedhak sungging tidak boleh digauli.
Patah sebenarnya mengambil nama dari bahasa Arab Fatah.
Kusen lafadz aslinya adalah Husein.
sastra diguna