Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah.
Pengunduran diri Muawiyah II ini menandai berakhirnya masa kekuasaan Bani Umayyah dari garis keluarga Harb bin Umayyah. Kekuasaan Bani Umayyah selanjutnya berpindah kepada keluarga Abi Al-Ash bin Umayyah.
Keluarga Abi Al-Ash
Setelah Muawiyah II mengundurkan diri, di kalangan Bani Umayyah dan para pengikutnya terjadi perpecahan yang nyaris melenyapkan kekuasaan mereka.
Ketika itu, fanatisme kesukuan antara bangsa Arab Utara (kabilah Qais) dan bangsa Arab Selatan (kabilah Qalb) muncul kembali di Suriah.
Kelompok Arab Utara mendukung Abdullah bin Zubair yang memberontak pada masa pemerintahan Yazid I dan mendapat pengakuan luas setelah kematiannya. Sementara itu, kelompok Arab Selatan mendukung Bani Umayyah, namun terpecah menjadi dua golongan.
Golongan pertama, yang menghendaki Khalid bin Yazid bin Muawiyah yang masih berusia muda menjadi khalifah. Golongan kedua menghendaki Marwan bin Hakam, sepupu jauh Muawiyah II.
Pada akhirnya, kedua golongan tersebut mencapai kata sepakat dalam pertemuan yang berlangsung di Al-Jabiyah (Suriah) pada tahun 64 H/683 M. Dalam pertemuan itu, diputuskan bahwa Marwan bin Hakam (Marwan I) menjadi khalifah. Kemudian, diteruskan oleh Khalid bin Yazid dan setelah itu oleh Amr bin Sa'id bin Ash, sepupu Marwan I.
Namun, ketika Marwan I wafat, posisi khalifah diserahkan kepada putranya, Abdul Malik, sesuai dengan wasiatnya. Sebelum wafat, Marwan I memang telah menunjuk dua putranya untuk menggantikannya berturut-turut, yaitu Abdul Malik (memerintah 66-68 H/685-705 M) dan Abdul Aziz. Dengan demikian, ia mengabaikan kesepakatan Al-Jabiyah.
Pemerintahan keluarga Abi Al-Ash bin Umayyah berakhir ketika Marwan bin Muhammad bin Marwan (Marwan II) terbunuh dalam sebuah pertempuran kecil dengan pasukan Bani Abbas di wilayah Bushair, Mesir. Kematian Marwan II ini juga menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Umayyah.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya