Penjelasan Ilmiah Tiga Mitos di Gunung Padang


Wisatawan mencoba mengangkat batu gendong di Gunung Padang. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)

Wisatawan mencoba menggendong batu yang tak diketahui berapa beratnya.

Percaya tak percaya, ada banyak mitos yang beredar seputar peninggalan purbakala di Indonesia. Misalnya, siapa saja yang bisa memegang arca Kunto Bimo, yang ada dalam stupa pada teras pertama sebelah kanan di Candi Borobudur, konon permintaannya akan terkabul.

Hal yang sama juga diyakini di situs Megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sang juru kunci, Dadi, menyebutkan ada tiga titik yang ramai dikunjungi masyarakat.

Yang pertama adalah mata air Kahuripan yang berada di pintu masuk situs. "Siapa yang meminumnya diyakini awet muda," kata dia kepada VIVAnews.com.

Tak hanya itu, banyak pesinden dan penyanyi sengaja datang, mendaki jalan terjal, untuk meminum air itu. Sebab, diyakini air tersebut punya efek gurah, bisa membuat suara mengalun merdu.

Titik ke dua yang juga sering dikunjungi adalah batu gamelan di teras pertama, biasanya oleh pesinden dan pemusik. Batu tersebut memiliki suara nyaring bila dipukul. Lain tempat, lain juga nada yang dikeluarkan.

Dadi menambahkan, titik ketiga adalah batu lahun alias batu gendon yang ada di teras keempat. "Dari dulu sudah diyakini, siapa yang bisa memangku batu itu keinginannya terkabul," kata dia.

Pantauan VIVAnews.com, wisatawan ramai-ramai mencoba menggendong batu yang tak diketahui persis berapa beratnya. Ada yang hanya bisa menggeser batu itu, lainnya susah payah berusaha menggendongnya, mayoritas tapi gagal total.

Ketua Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang bidang Arkeologi, Dr Ali Akbar, memberi penjelasan ilmiah terkait mitos yang ada di Gunung Padang. "Yang namanya situs atau tempat religi biasanya ada mata air," kata dia kepada VIVAnews.

Mata air mempertegas alur religi masyarakat purba terdahulu yang mengarah pada pemujaan di Gunung Padang. "Dan biasanya airnya merupakan air murni, alami, yang memiliki kualitas jauh lebih baik dari air biasa."

Menyehatkan dan menyegarkan, pastinya. Tapi, soal khasiat awet muda, menurut Ali, hal itu hanya kepercayaan masyarakat, belum ada bukti ilmiahnya. "Itu terkait kepercayaan, mungkin saja. Saya hanya mengatakan yang logis," kata dia.

Terkait batu gamelan, Ali menjelaskan, di Gunung Padang memang ditemukan susunan batuan, diduga bukan alami alias buatan manusia, yang menimbulkan resonansi. "Entah siapa yang membuat, batu itu memang bisa menimbulkan resonansi," kata dia.

Bagaimana soal batu gendong yang konon bisa membuat doa orang yang bisa mengangkatnya terkabul. "Itu nggak bisa dijelaskan secara ilmiah apa kaitannya batu dengan harapan orang," kata Ali.

Sebelumnya, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Barat yang menjadi salah satu pakar dalam Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang, Dr. Pon Purajatnika, mengatakan, salah satu fungsi ruang dalam struktur di perut Gunung Padang diduga sebagai tempat penyimpanan peralatan ritual.

“Terlihat dari struktur religi yang masuk pada tiga konsep sakral, megah dan monumental. Ketiga unsur ini semua, tampak pada konstruksi situs megalitik ini,” tegasnya.

VN