Usia maksimal artefak di gunung itu sekitar 10.000 sebelum masehi.
Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang hari ini mengeskavasi bagian timur situs tersebut. Ketua tim, Dr Dani Hilman Nata Wijaya, mengatakan bahwa situs megalitik ini kemungkinan adalah bukti peradaban tertua di dunia.
“Semua literatur dan artefak yang terpublikasikan di seluruh dunia mengenai peradaban maksimal berumur 3000 tahun sebelum masehi. Uji karbon Gunung Padang sudah mematahkan itu. Usia maksimal Gunung Padang tercatat 10.000 tahun sebelum masehi,” ujarnya kepada VIVAnews, Sabtu 23 Juni 2012.
Ia menambahkan ini bukan sebuah pekerjaan dan tanpa literasi. Dani mengatakan ini salah satu pembuktian dari pemikiran dan penelitian Profesor Stephen Oppenheimer yang terkenal dengan karyanya "Eden in the East.”
"Dalam buku itu disampaikan bahwa Indonesia sebagai adalah pusat peradaban maju pada era 10.000 tahun sebelum masehi. Ini adalah siklus yang harus dibuktikan, seperti saat lenyapnya dinosaurus dari muka bumi,” ujarnya.
Dani mengatakan catatan di buku Oppenheimer menyebutkan peradaban beternak pertama kali ada Indonesia sebelum menyebar ke belahan Asia lainnya. Teknologi maju, lanjutnya, berasal dari sini. Lalu masyarakat masa itu bergerak meninggalkan wilayah ini untuk menyebar. Inilah pertanyaan yang harus dijawab, mengapa mereka berpindah?
Sabtu, tim Dani melakukan eskavasi bagian timur Gunung Padang. “Saya berharap kita menemukan sesuatu yang bisa dijadikan referensi pasti dari rongga yang diperkirakan ada di bagian dalam struktur situs megalitik Gunung Padang. Rongga ini menyimpan sebuah misteri peradaban yang luar biasa entah dalam bentuk apa, karena selama belum terbuka bisa berbentuk apapun,” ujarnya.
Kemungkinan yang berada di dalam rongga Gunung Padang bisa benda atau guratan-guratan dinding. “Apapun itu tidak masalah, karena temuan ini akan menjadi referensi penting. Semua temuan huruf, gambar atau apapun itu, selalu ditemukan di dalam berbagai ruang tertutup. Bila dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai temuan ini, maka selalu memberi catatan luar biasa pada peradaban,” dia menambahkan.
Dani menjelaskan banyak benda tak ternilai berada di kelompok masyarakat tertentu. Benda-benda itu sangat dilindungi dan terikat oleh mitologi sehingga dianggap keramat dan tidak bisa dibuka.
“Ambil contoh di Badui Lama, ada benda yang sangat luar biasa dan bisa membuka tabir peradaban pula. Sayangnya ini tidak bisa diteliti dan dibuka karena tokoh masyarakat dan tetua adat tidak mengizinkannya. Mereka sangat melindungi benda yang disebut pusaka turun temurun ini,” jelasnya.
VN