Revolusi Perancis (Suatu ke-Anomalian REVOLUSI)

Seperti kita ketahui bersama bahwa revolusi yang terjadi di Perancis bertujuan untuk meruntuhkan sebuah rezim Monarki Absolut yang telah memerintah amat sangat lama di perancis. Meskipun dikatakan suatu revolusi, akan tetapi revolusi ini berbeda dengan konsep revolusi yang di tawarkan oleh kaum marxis. Mengapa demikian? Jika marxis beranggapan bahwa revolusi adalah buah dari perkembangan dan kekuatan kaum proletar yang mulai merasa “tersakiti” oleh ulah pemilik-pemilik tanah yang dalam hal ini biasa disebut dengan kaum borjuis, akan tetapi dalam revolusi yang terjadi di perancis justru adalah karena ambisi yang berkembang dan dipengaruhi oleh ide Pencerahan dari kaum borjuis, kaum petani, para buruh, dan individu dari semua kelas yang merasa disakiti. Sementara revolusi berlangsung dan kekuasaan beralih dari monarki ke badan legislatif, kepentingan-kepentingan yang berbenturan dari kelompok-kelompok yang semula bersekutu ini kemudian menjadi sumber konflik dan pertumpahan darah.[1]

Jika dapat kita bagi menjadi beberapa poin, Sebab-sebab Revolusi Perancis mencakup hal-hal di bawah ini:

Kemarahan terhadap absolutisme kerajaan.

Kemarahan terhadap sistem seigneurialisme di kalangan kaum petani, para buruh, dan sampai batas tertentu kaum borjuis.

Bangkitnya gagasan-gagasan Pencerahan

Utang nasional yang tidak terkendali, yang disebabkan dan diperparah oleh sistem pajak yang tak seimbang.

Situasi ekonomi yang buruk, sebagian disebabkan oleh keterlibatan Perancis dan bantuan terhadap Revolusi Amerika.

Kelangkaan makanan di bulan-bulan menjelang revolusi

Kemarahan terhadap hak-hak istimewa kaum bangsawan dan dominasi dalam kehidupan publik oleh kelas profesional yang ambisius.

Kebencian terhadap intoleransi agama.

Kegagalan Louis XVI untuk menangani gejala-gejala ini secara efektif.[2]

Fenomena bergabungnya kaum Proletar yang terdiri dari buruh , petani dengan para kaum borjuis inilah yang membantah pendapat daripada pemikir-pemikir marxis yang mengatakan bahwa akan selalu terjadi friksi yang berkesinambungan antara kaum proletar dan borjuis. Memang secara fenomena suatu dinamika sosio-kultural kita tidak dapat menteorikan secara bulat dan pasti seperti yang dilakukan oleh para pemikir marxis dalam hal ini. Fenomena sosial bergerak secara tidak pasti dan sangat subjektif, bergerak melewati batas-batas kebakuan teori-teori mapan yang sebenarnya tidak mampu masuk dan mengerti subjek lebih dalam.

Keanehan dari revolusi perancis tidak terbatas hanya dari factor yang telah saya bahas di atas, akan tetapi dalam revolusi ini yang tujuanya menggulingkan kekaisaran yang ada di perancis justru pada akhirnya malah menciptakan sebuah kekaisara yang baru di bawa kepemimpinan kaisar Napoleon Bonaparte. Walaupun memang mungkin berbeda dengan perancis pada masa Kaisar Louis yang menganut sistem monarki absolute, dan pada Zaman kepemimpinan dari Napoleon Bonaparte yang katanya menganut sistem monarki konstutional

[1] Wanniski, Jude (1998). The Way the World Works. Regnery Gateway.

[2] Fulghum, Neil (2007). “Death Mask of Napoleon”. University of North Carolina.

EE