Neanderthal, Manusia Purba Pengonsumsi Obat Herbal

Temuan baru ini maka mematahkan reputasi Neanderthal sebagai karnivora yang "tidak fleksibel".

neanderthal,manusia purba,evolusi manusia,nenek moyang manusiaIlustrasi manusia Neanderthal. Dianggap sebagai saudara paling dekat dalam garis evolusi manusia yang hidup di Bumi 24.000 tahun lalu. Neanderthal ditemukan di Eropa, Asia Tengah, dan Asia Barat.(thinkstockphoto)

Neanderthal, manusia prasejarah yang konon paling dekat kekerabatannya dengan manusia, ternyata telah mampu meracik obat sendiri. Studi terbaru yang dipimpin oleh Karen Hardy, arkeolog Catalan Institution for Research and Advanced Studies di Barcelona menyatakan, selain suka memasak sayuran hingga daging, Neanderthal juga mengonsumsi tanaman obat herbal.


Studi yang dilakukan di sebuah situs gua El SidrĂ³n di Asturias, Spanyol Utara, menunjukkan bukti Neanderthal pada zaman dahulu telah menggunakan obat-obatan herbal. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya yarrow -tanaman bunga berwarna putih- dan kamomil.


Serta tanaman yang rasanya pahit dengan kandungan gizi rendah di dalam gua yang mana dulunya dihuni oleh Neanderthal. Penelitian sebelumnya menunjukkan jika mausia purba ini memang memilki gen untuk mencicipi rasa pahit.


"Kita tahu bahwa Neanderthal akan menemukan rasa pahit pada tanaman ini. Sehingga tanaman ini dipilih untuk alasan lain selain rasa. Kemungkinan digunakan sebagai obat," ungkap Hardy selaku ketua dalam penelitian ini.



Perilaku yang dilakukan Neanderthal sangat cocok dengan pola perilaku pengobatan sendiri yang dilakukan primata dengan tingkat yang lebih tinggi saat ini. Tentunya, mustahil mengetahui Neanderthal menggunakan obat ini untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Namun, nyatanya jenis tanaman herbal yang ditemukan di dalam gua masih digunakan hingga hari ini untuk mengobati berbagai macam penyakit.


Kamomil sangat populer sebagai obat herbal yang berkhasiat untuk saraf, stres, dan gangguan pencernaan. Sementara yarrow, dapat digunakan untuk mengobati flu, demam, juga berfungsi sebagai antiseptik.


Dengan adanya temuan baru ini maka mematahkan reputasi Neanderthal sebagai karnivora yang "tidak fleksibel". Hal ini juga dijadikan dasar alasan mengapa manusia modern mampu mengimbangi berbagi jenis sumber makanan yang lebih luas dan memiliki keunggulan dalam berkompetisi mendapatkan makanan dari primata berat yang lainnya.
(Umi Rasmi. National Geographic News)