Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M Romahurmuziy, mengatakan hasil jelek yang diperoleh partainya dalam setiap survei sebelum pemilu 2014 bukanlah akhir zaman mengingat hal itu tidak menunjukkan suara masyarakat sesungguhnya.
"Hasil survei jelek bukanlah kiamat untuk PPP. Kami punya puluhan pengalaman di hasil survei jeblok sejak pemilu 1999, namun selalu `happy ending` (berakhir bahagia)," katanya dalam siaran pers yang diterima ANTARA, Jumat.
Hal ini dikatakan Romahurmuzy menanggapi hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang baru saja dirilis. Dalam survei tersebut PPP hanya memperoleh 2,9 persen suara.
Ia menuding, survei sebagai piranti pengetahuan dewasa ini seringkali dibelokkan sebagai alat pembentuk opini dengan cara menyiasati metoda sampling dan kualifikasi responden.
"Kami tentu tidak meragukan otentisitas LIPI, namun kesempatan ini kami gunakan untuk `flashback` (mengenang masa lalu) `kemelesetan` kolektif sejumlah lembaga survei terkemuka pada beberapa pilkada terakhir", kata politisi PPP tersebut.
Ia menambahkan, survei dalam waktu 10 bulan sebelum pemilu hanya memotret kinerja media atau humas sebuah parpol saja. Padahal, selain itu, pemilu juga merupakan kinerja calon legislatif dan mesin partai.
"Pada kedua aspek ini, kami yakin PPP unggul, karena sudah kami buktikan berkali-kali," katanya.
Sementara itu, LIPI baru saja merilis hasil survei nasional terkait partisipasi politik dan perilaku pemilih. Dalam survei tersebut, PDI Perjuangan menjadi partai terpopuler dengan dukungan 14,9 persen suara nara sumber.
Berturut-turut diikuti oleh Partai Golkar memperoleh 14,5 persen, Partai Demokrat 11,1 persen, Partai Gerindra 7,4 persen, PKB 5,6 persen, PPP 2,9 persen. PKS 2 ,6 persen, PAN 2,5 persen, Partai Nasdem 2,2 persen, Partai Hanura 1,9 persen, PBB 0,6 persen dan PKPI 0,2 persen.
http://www.antaranews.com/berita/382569/ppp-survei-jelek-bukan-kiamat