Jakarta (ANTARA News) - "Kemarau basah diperkirakan kembali terjadi di Indonesia mulai Juni 2013, karena potensi pembentukan awan lebih banyak daripada biasanya," kata pakar kedirgantaraan, Thomas Djamaluddin, di Jakarta, Senin.
"Ini berarti mengulang kemarau basah pada 2010," kata deputi bidang Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional itu.
Awan yang lebih banyak itu, ujar dia, disebabkan wilayah laut Indonesia lebih hangat daripada Samudra Hindia Barat, yang diindikasi dengan indeks IOD (Indian Ocean Dipole), sementara prakiraan suhu permukaan laut Pasifik sampai akhir 2013 dalam keadaan normal.
Suhu permukaan laut sekitar Indonesia yang lebih hangat dari biasanya, menurut guru besar ilmu astronomi ITB itu, memicu penguapan yang lebih intensif dan memicu terbentuknya daerah tekanan rendah.
"Itulah yang menyebabkan pembentukan awan masih cukup aktif dan hujan masih mengguyur wilayah Indonesia hingga musim kemarau ini," katanya.
Data satelit pemantau curah hujan, TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) NASA memang menunjukkan selama Mei 2013 wilayah Indonesia lebih banyak hujan daripada biasanya, ujar dia.
Namun secara umum, diakuinya, pola angin di Indonesia sudah mengarah ke musim kemarau yakni Indeks monsoon Indo-Australia sudah negatif yang artinya, angin mulai bertiup dari arah Timur menuju ke Barat, lalu berbelok ke Utara.
"Pola angin seperti itu mendorong ITCZ (Intertropical Convergence Zone atau zona konvergensi antartropik) ke arah Utara. Itu artinya gugusan besar awan mulai bergerak ke Utara yang menggindikasikan musim kemarau segera mulai," katanya.
(D009/E008)
http://www.antaranews.com/berita/378090/kemarau-basah-diperkirakan-terjadi-mulai-juni